Rasulullah SAW dalam salah satu sabdanya
menegaskan bahwa Islam datang dalam keadaan asing dan akan kembali
asing. Ada dua kata asing dalam penggalan hadis yang diriwayatkan oleh
ath-Thabrani dalam Kitab al-Kabir ini. Kata asing yang pertama berkaitan
dengan kedatangan Islam di tengah sistem kehidupan jahiliyah.
Kehidupan jahiliyah adalah seburuk-buruk sistem kehidupan pada masa
itu. Seluruh puncak kemaksiatan manusia muncul pada zaman ini. Pada
zaman ini akal dan wahyu sudah tidak dijadikan sebagai timbangan
perilaku manusia. Seluruh perilaku kehidupan hanya dilandasi oleh naluri
dan hawa nafsu juga mengabaikan nilai-nilai etis agama serta
nilai-nilai rasionalitas.
Era jahiliyah diwarnai munculnya
permusuhan antarmanusia karena kepentingan hedonistis. Berbagai tindak
pembunuhan, tradisi mabuk-mabukan, perjudian, perzinaan, bahkan
perbudakan terjadi begitu masif dan meluas. Seluruh perilaku buruk ini
telah mendarah daging dalam kehidupan mereka, sulit untuk diubah.
Dalam bidang akidah, pada era jahiliyah, Allah tidak lagi dijadikan
sesembahan. Mereka terjebak pada keyakinan nenek moyang yang penuh
kemusyrikan dan kekufuran. Berbagai bentuk patung dan benda-benda
lainnya dijadikan sebagai tuhan yang disembah. Istilah jahiliyah bukan
berkaitan dengan tingkat kecerdasan otak, melainkan berkaitan dengan
tidak berfungsinya akal dan akhlak manusia.
Dalam keadaan
puncak kerusakan manusia inilah, Allah lantas mengutus seorang Rasul
yang bernama Muhammad SAW untuk melakukan perbaikan pada seluruh
kerusakan sistem kehidupan. Rasulullah dengan lantang dan tegas
menyampaikan kesalahan akidah, pemikiran, serta perilaku mereka.
Rasulullah menyampaikan, hanya Allah-lah yang berhak disembah seraya
mengajak mereka untuk memeluk agama Islam.
Tampaknya kedatangan
Rasulullah dengan dakwahnya ini mengusik keyakinan dan menyulut emosi
kaum jahiliyah. Sebagai sosok orang Arab, Rasulullah sendiri bukanlah
orang asing, melainkan ajaran-ajaran Islam yang disampaikan beliaulah
yang dirasakan asing. Dalam titik inilah, Islam dianggap asing oleh kaum
jahiliyah.
Kata asing kedua berkaitan dengan masa setelah
Rasulullah. Pada era ini, kehidupan kembali dikuasai oleh sistem
kehidupan jahiliyah. Kehidupan modern yang kini sedang dirasakan manusia
akhir zaman adalah kehidupan yang tidak jauh kondisinya dengan zaman
jahiliyah masa kenabian. Bahkan, bisa dikatakan lebih jahiliyah lagi
sebab seluruh perilaku kemaksiatan pada zaman nabi kini terjadi lebih
masif dan lebih luas.
Meski dianggap asing, Rasulullah
melanjutkan sabdanya bahwa beruntunglah orang-orang yang dianggap asing.
Para sahabat bertanya kepada Beliau SAW, "Siapakah orang-orang asing
itu?" Rasulullah menjawab, orang asing itu adalah mereka yang melakukan
perbaikan ketika kehidupan manusia sudah mengalami kerusakan. Jawaban
Rasulullah ini sesuai dengan apa yang dilakukan Rasulullah pada zaman
itu. Rasulullah adalah orang yang diutus Allah untuk melakukan perbaikan
kerusakan hidup jahiliyah.
Kata idza (ketika) dalam lafaz
yuslihuuna idza fasada an-naas, menurut al-Ausat dan al-Shagir,
menunjukkan masa yang akan datang. Dalam hadis ini terdapat petunjuk
bahwa kerusakan tersebut terjadi setelah masa sahabat. Artinya, jika
merujuk pada kehidupan hari ini, masa kerusakan salah satunya adalah
pada masa kita hidup sekarang.
Jahiliyah modern adalah
kehidupan yang di dalamnya akal dan wahyu tidak lagi dijadikan rujukan
serta timbangan pola pikir dan pola sikap manusia. Sebaliknya, orientasi
sekularitas duniawilah yang dijadikan sebagai timbangan kehidupan
manusia.
Orang beruntung pada saat ini adalah orang yang
senantiasa berdakwah amar makruf nahi mungkar, mengubah kehidupan
jahiliyah menjadi kehidupan Islam yang sejalan dengan wahyu Allah.
Risikonya, ia akan dianggap sebagai orang asing.
Keuntungannya adalah
orang asing yang mendapatkan keberuntungan dari Allah, yakni mendapatkan
ridha dan surga-Nya kelak di akhirat. Untuk mengenang momentum tahun
baru Hijriyah tahun ini, jadilah orang asing yang mengubah kehidupan
jahiliyah menjadi kehidupan Islami.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar